Kelompok :
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
Rumah Sakit merupakan pelayanan yang kompleks dan padat, baik padat tenaga, profesi, prosedur, teknologi dan sebagainya sehingga mudah terjadi permasalahan dalam pelayanan. Akibatnya mudah terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan yang meningkatkan mortalitas, morbiditas dan
prolonged hospital stay.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah proses dalam suatu RS yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk didalamnya : Asesmen Risiko, Identifikasi Manajemen Risiko terhadap pasien, Pelaporan dan Analisis Insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden dan menerapkan solusi untuk meminimalisir timbulnya risiko. Dalam Undang-Undang Tentang Perumahsakitan No. 44 Pasal 43 Tahun 2009 disebutkan bahwa RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
Saat ini tuntutan terhadap mutu layanan dan adanya jaminan keamanan pelayanan rumah sakit semakin mengemuka sehingga perlu dilakukan upaya – upaya standarisasi pelayanan. Salah satunya adalah penerapan standar Internasional patient safety goals (IPSG) yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit.
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) Rumah Sakit / INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG), terbagi menjadi enam sasaran, meliputi :
① Ketepatan identifikasi pasien
② Peningkatan komunikasi yang
efektif
③ Peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai
④ Kepastian
Tepat-Lokasi
Tepat-Prosedur
Tepat-Pasien Operasi
⑤ Pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan
⑥ Pengurangan risiko pasien
jatuh
Dari enam sasaran keselamatan
pasien, unsur yang utama dari
layanan asuhan ke pasien adalah
komunikasi efektif.
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan
pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas
Rumah Sakit terhadap pasien
dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak
terjadi penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify Patients Correctly
(mengidentifikasi pasien secara
benar)
2. Improve Effective
Communication (meningkatkan
komunikasi yang efektif)
3. Improve the Safety of High-Alert
Medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan
resiko tinggi)
4. Eliminate Wrong Dite, Wrong
Patient, Wrong Procedure
Surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan,
kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the Risk of Health Care-
Associated Infections
(mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan
kesehatan)
6. Reduce the Risk of Patient Harm
from Falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh)
SASARAN I :
IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR (Identify Patients Correctly)
Maksud dan Tujuan IPSG :
1. Teridentifikasi dengan tepat dan
benar pasien sebagai individu
yang akan menerima pelayanan/
tindakan/ prosedur
2. Meningkatnya ketepatan
pemberian pelayanan medis/
keperawatan kepada pasien
Standar dan Elemen Penilaian IPSG :
RS harus menetapkan metode
ketepatan identifikasi pasien
Minimal 2 ( dua ) cara identifikasi
pasien
- Nama Pasien
- Tanggal, bulan dan tahun lahir
+
- Nomer Rekam Medis (MR)
- Nomer kamar dan tempat tidur
pasien tidak boleh digunakan
- Gelang pasien
Warna Gelang Identitas
Biru (laki - laki)
Dengan stiker identitas pasien
Kuning (Resiko Jatuh)
Merah (Alergi Obat)
Pink (High Allert)
Hijau (Alergi Latex)
Ungu (DNR)
Pemakain Gelang Pasien :
-- Dewasa
Pasang ditangan yg dominan
atau di kaki pasien
-- Bayi
Pasang di Tangan ( Nama Bayi )
dan kaki ( Nama Ibu )
-- Tdk Punya Tangan
Pasang di Kaki
-- Tdk Punya Tangan dan Kaki
Pasang di Baju/Pakaian/Badan.
-- Meninggal
Pasang Tangan dan Kaki
Informasi yang dibutuhkan Pemasangan Gelang
– Jelaskan manfaat, bahaya bila :
menolak, melepas, menutupi
gelang identitas
– Minta pasien untuk
mengingatkan petugas bila akan
melakukan tindakan /
memberikan obat tidak
mengkonfirmasi identitas dan
mengecek ke gelang
Area yang Wajib Melakukan Identifikasi Pasien
Keperawatan
Rawat inap
Rawat jalan
IGD
Bagian Registrasi Pasien
Rekam Medis
Dokter
Farmasi
Rehab medik
Penunjang Medik (Laboratorium
Radiologi/Diagnostik)
Kapan IPSG Dilakukan :
Identifikasi pasien harus dilakukan sebelum :
Memberikan obat, darah, atau
produk darah
Mengambil darah dan spesimen
lain untuk pengujian klinis
Sebelum memberikan perawatan
dan prosedur
Bagi bayi, identifikasi juga
dilakukan sebelum mentransfer
pasien dari kamar bayi ke kamar
ibu
Sebelum memberikan
pengobatan
Sebelum memberikan tindakan
Bagaimana Melakukan Dengan Benar ?
-- Rawat Inap
Pasien Sadar
Tanyakan nama pasien
( Identifikasi aktif )
Pasien diminta menyebutkan
namanya dengan lengkap
Cocokkan nomor rekam medis
-- Pasien Tidak Sadar/ Bayi/
Hambatan Komunikasi
Tanyakan nama pasien pada
keluarga/pendamping
( identifikasi aktif )
Cocokkan nomor rekam medis
-- Rawat Jalan
Tanyakan nama pasien dan
tanggal lahir ( identifikasi aktif )
Cocokan dengan dokumen yang
ada
Monitoring dan Evaluasi :
Dengan cara Audit
Kuesioner kepada staf
Observasi pelaksanaan
Kuesioner kepada pasien
Indikator Klinik dan Parameter Pengukuran :
Cara Audit
Indikator
Pengukuran Kriteria Sukses Numerator
Denominator
Observasi Pelaksanaan
Total staf yang diaudit mampu
melakukan proses identifikasi
pasien secara lengkap dan benar Total staf yang diaudit
Semua staf yang diaudit mampu
melakukan proses identifikasi
pasien secara lengkap dan benar
(100%)
SASARAN II :
MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN MELALUI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Kebijakan Dasar SPO
Setiap order secara lisan atau melalui telepon atau melaporkan hasil-hasil pemeriksaan dengan nilai yang kritis, maka yang memberikan order harus memverifikasi kelengkapan order tersebut dengan meminta pada penerima order untuk membacakan kembali atau "read back" kelengkapan order tersebut.
1. Mengembangkan kebijakan dan
prosedur yang mengarahkan
pada keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon.
2. Orang yang menerima informasi
atau order, mencatat
kelengkapan order atau hasil
pemeriksaan atau menginput ke
dalam komputer.
3. Orang yang menerima informasi
atau order membacakan kembali
atau “ read back “ secara lengkap
4. Orang yang memberikan order
mengkonfirmasi kembali
informasi atau order tersebut
Singkatan Baku yang Tidak Boleh Digunakan Standar Dasar SPO
- RS harus membakukan daftar
singkatan, akronim, simbol, dan
penandaan dosis yg tidak boleh
digunakan di seluruh bagian RS
- Menetapkan dan
mengimplementasikan daftar
singkataan baku, akronim,
simbol-simbol dan penandaaan
dosis yang tidak boleh digunakan
di seluruh bagian RS dan
menggunakannya pada semua
pendokumentasian baik secara
manual maupun dgn komputer.
RS mengimplementasikan pendekatan yang standar/ baku untuk “ Metode komunikasi serah terima informasi kesehatan pasien “. HAND OFF COMMUNICATIONS ( Komunikasi Serah terima pasien antar perawat dan/staf medis )
Tujuan :
Untuk menyediakan informasi secara akurat, tepat waktu tentang rencana keperawatan, pengobatan, kondisi terkini, dan perubahan kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun yang dapat di prediksi selanjutnya.
Komunikasi Efektif
Strategi Pendekatan sistematik
untuk memperbaiki komunikasi
diantara tenaga kesehatan.
Berlaku untuk semua petugas
saat melakukan pelaporan
Komunikasi verbal menerapkan
Tekhnik Tul - Ba - Kon
Tulis - Baca - Konfirmasi kembali
Write Down - Read Back -
Confirmation
Tekhnik SBAR
Dilakukan saat menerima
instruksi verbal / lisan dan saat
menerima informasi hasil tes
kritis secara verbal / lisan
Komunikasi SBAR
- adalah kerangka teknik
komunikasi yang disediakan untuk
petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
- SBAR adalah metode terstruktur
untuk mengkomunikasikan
informasi penting yg
membutuhkan perhatian segera
dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan
pasien
- SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan
serah terima antara shift atau
antara staf di daerah klinis yang
sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke
dalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi.
- SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan
lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah
- Kekuatan perawat berkomunikasi
secara efektif.
- Dokter percaya pada analisa
perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi
pasien.
- Memperbaiki komunikasi sama
dengan memperbaiki keamanan
pasien.
Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah
sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik, sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien
Kerangka Komunikasi Efektif Metode SBAR :
- Situation
- Background
- Assessment
- Recommendation
➊ Situation :
Bagaimana situasi yang
akan dibicarakan/
dilaporkan?
① Mengidentifikasi nama
diri petugas dan pasien.
② Diagnosa medis
③ Apa yang terjadi dgn
pasien yang
memprihatinkan
➋ Background :
Apa latar belakang
informasi klinis yang
berhubungan dgn
situasi?
① Obat saat ini dan alergi
② Tanda-tanda vital terbaru
③ Hasil laboratorium :
tanggal dan waktu tes
dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk
perbandingan
④ Riwayat medis
⑤ Temuan klinis terbaru
➌ Assessment :
Berbagai hasil penilaian
klinis perawat
① Apa temuan klinis?
② Apa analisis dan
pertimbangan perawat
③ Apakah masalah ini
parah atau mengancam
kehidupan?
➍ Recommendation :
Apa yang perawat inginkan
terjadi dan kapan?
① Apa tindakan /
rekomendasi yang
diperlukan untuk
memperbaiki masalah?
② Apa solusi yang bisa
perawat tawarkan
dokter?
③ Apa yang perawat
butuhkan dari dokter utk
memperbaiki kondisi
pasien?
④ Kapan waktu yang
perawat harapkan
tindakan ini terjadi?
Singkatan terstandar
- Gunakan singkatan yg sudah
terstandar.
- Tulis kata dengan lengkap bila
tidak ada dalam daftar
singkatan.
Komunikasi efektif, yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
yang dipahami oleh resipien/
penerima akan mengurangi
kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat secara
elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan adalah
perintah diberikan secara lisan
dan yang diberikan melalui
telpon.
Untuk itu setiap petugas wajib :
1. Lakukan komunikasi, baik lisan
maupun tertulis dgn
sejelas-jelasnya.
a. Jika pesan lisan meragukan,
segera Klarifikasi dengan
phonetic alfabeth kepada
pemberi pesan.
b. Komunikasi tertulis wajib
menggunakan tulisan yang
mudah dibaca minimal oleh
3 orang.
2. Perintah lisan dan yang
melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima
perintah / hasil pemeriksaan
tersebut.
3. Perintah lisan dan melalui
telpon atau hasil pemeriksaan
secara lengkap dibacakan
kembali oleh penerima
perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
4. Perintah atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi
perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
SASARAN III :
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT DENGAN KEWASPADAAN TINGGI ( IMPROVE THE SAFETY OF HIGH ALERT MEDICATIONS )
Kebijakan
–Menetapkan daftar obat yang
bentuknya mirip dan nama
kedengaran mirip ( LASA/
SALAD ), review minimal setiap
tahun.
–Menetapkan tindakan pencegahan
akibat kesalahan karena tertukar/
salah penempatan obat LASA/
SALAD.
–Elektrolit konsentrat tidak distok/
disimpan di ruang- ruang rawat,
kecuali untuk kebutuhan klinik
boleh di stok dalam jumlah
terbatas di area-area tertentu
misalnya kamar operasi, Dialysis
unit, IGD, ICU/ICCU, penyimpanan
dan pemberian harus sesuai
dengan persyaratan.
–Untuk memenuhi kebutuhan
penggunaan elektrolit konsentrat
pasien-pasien di ruang-ruang
rawat lainnya khususnya
potassium chloride, disiapkan
langsung oleh staf bagian
Farmasi dalam bentuk sediaan
yang sudah di dilusi.
–Obat dan cairan lainnya yang
ditempatkan dalam kontainer
harus diberi label termasuk bila
hanya ada 1 jenis obat yang
sedang digunakan.
–Label dituliskan nama obat,
kekuatan obat, jumlah, tanggal
kadaluarsa ( bila tidak digunakan
dalam 24 jam, dan waktu
kadaluarsa bila kadaluarsa
terjadi dalam waktu < 24 jam )
–Buang obat atau cairan segera
bila ditemukan tidak berlabel.
–Vial/ ampul / wadah obat atau
cairan jangan dibuang sampai
prosedur atau tindakan selesai,
terutama di kamar operasi atau
ruang prosedur
–Label pada kontainer steril harus
dibuang pada setiap selesai suatu
prosedur/tindakan
Improve the safety of high-alert
medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi), tips :
1. Pemberian elektorlit pekat
harus dengan pengenceran
dan menggunakan bel khusus.
2. Setiap pemberian obat
menerapkan Prinsip 7 Benar :
PAS DIKASI OBAT DO R TU
DOK
➊ Benar Pasien
- Cek nama pasien pd label
- Gunakan 2 cara untuk
identifikasi :
• Nama
• Tanggal lahir
- Minta pasien untuk
menyebutkan identitasnya
➋ Benar Indikasi
- Lihat dibrosur obat
- MIMS ISO tentang indikasi
➌ Benar Obat
- Cek Label Obat
- Cek Resep
➍ Benar Dosis
- Cek Resep
- Cek Kesesuaian Dosis
dan Retervasi
➎ Benar Rute-Cara Pemberian
- Cek resep dan kesesuaian
rute pemberian pd resep
- Pastikan pasien dapat
menggunakan obat sesuai
rute pemberian yg tertulis
pada resep
➏ Benar Waktu Pemberian
- Cek frekuensi obat yang
diresepkan
- Lakukan double check utk
memastikan obat yang
diberikan pd jam yg tepat
➐ Benar Dokumentasi
- Dokumentasikan setiap
pemberian obat yg telah
dilakukan.
- Catat waktu, rute dan
informasi lainnya yg
diperlukan.
3. Pastikan pengeceran dan
pencampuran obat dilakukan
oleh orang yang kompeten.
4. Pisahkan atau beri jarak
penyimpanan obat terlihat
mirip & kedengarannya mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip : NORUM,
atau
Look Alike Sound Alike : LASA)
Elektrolit konsentrat (misalnya,
kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat,
natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat
= 50%
Obat yang berkatagori tersebut
diatas, merupakan obat yang
sering menyebabkan
Kecelakaan Tak Disengaja
( KTD) dan/atau kejadian
Sentinel ( Berat )
5. Tidak menyimpan obat
kategori kewaspadaan tinggi
dimeja dekat pasien tanpa
pengawasan.
6. Biasakan mengeja nama obat
dengan kategori LASA, saat
memberi / menerima instruksi
Macam kesalahan bisa terjadi :
- Secara tidak sengaja bila petugas
tidak mendapatkan orientasi
sebelum ditugaskan pd keadaan
gawat darurat
Labeling (Penandaan)
➊ High Alert : Obat yg memerlukan
kewaspadaan tinggi
Daftar HAM :
( High Allert Medication ) :
- Elektrolit Konsentrat Kalium
Klorida (KCl)
- Natrium klorida (NaCl) 3%
- Magnesium sulfat (MgSO4)
- Natrium bikarbonat
( NORUM : Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip )
Pemberian HAM
( High Allert Medication ) :
- Pengecekan ganda / Double
Check
- Wajib mendokumentasikan
pemberian obat HAM
- Monitoring secara periodic
selama pasien menerima HAM
➋ Lasa
Obat yg masuk dlm daftar Look
Alike Sound Alike ( LASA ) yaitu
memiliki nama/penampilan yg
mirip dg obat lain.
Contoh :
- Platosin
- Carbosin
- Heparin
Ada juga yang mengistilahkan
SALAD ( Sound Alike Look Alike
Drugs )
Versi Indonesianya yaitu
NORUM ( Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip )
istilah ini ada di permenkes
Menurut Permenkes RI No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA
masuk ke dalam obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications ), yaitu
obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event ),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome).
Beberapa faktor yang berkontribusi bikin
bingung :
- Tulisan tangan yang tidak jelas
- Nama obat tidak lengkap
- Produk baru, masih gress, gak banyak yang
tahu
- Kemasan atau label yang mirip
- Penggunaan klinis yang sama
- Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi
pemberian sama
Strategi Komunikasi untuk mencegah
terjadinya kesalahan karena LASA :
-> Permintaan Tertulis
1. Tambahkan merk dagang dan
nama generiknya pada resep,
terutama untuk obat yang
'langganan' bermasalah.
2. Tulis secara jelas, pake huruf
tegak kapital.
Metode Tall man digunakan
untuk membedakan huruf yang
tampaknya sama dengan obat
yang mirip. Dengan memberi
huruf kapital, maka petugas
akan lebih berhati-hati dengan
obat yang lasa.
contoh nama obat yg look-alike :
metFORmin dan metRONIdaZOL,
ePINEFrin dan efeDRIN
3. Hindari singkatan-singkatan,
bikin bingung. Hanya yang
menulis dan Tuhan yang tahu
4. Tambahkan bentuk sediaan juga
di resep.
Misalnya metronidazol 500 mg,
sediaan tablet dan infusnya
sama-sama 500 mg.
5. Sertakan kekuatan obat.
6. Sertakan petunjuk penggunaan.
7. Tambahkan juga tujuan/indikasi
pengobatan, biar makin jelas
8. Gunakan resep preprinted, atau
electronic prescribing, paperless,
go green.
-> Permintaan Lisan :
1. Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat
tertentu, misalnya hanya dlm keadaan
emergency
2. Hindari permintaan via telepon, kecuali
benar-benar penting, ada form permintaan
via telepon yang akan ditandatangani.
3. Diperlukan teknik mengulangi permintaan,
dibacakan lagi permintaannya, jadi ada
kroscek.
Strategi buat tenaga kesehatan untuk
mencegah eror karena LASA :
1. Tidak menyimpan obat lasa secara alfabet.
Letakkan di tempat terpisah, misalnya
tempat obat fast moving.
2. Resep harus menyertakan semua
elemen yang diperlukan, misalnya nama
obat, kekuatan dosis, bentuk sediaan,
frekuensi dll.
3. Cocokkan indikasi resep dengan kondisi
medis pasien sebelum dispensing atau
administering.
4. Membuat strategi pada obat tertentu yang
penyebab errornya diketahui, misalnya
pada obat yang kekuatannya beda-beda,
atau pada obat yg kemasannya
mirip-mirip.
5. Laporkan eror yang aktual dan potensial
(berpeluang terjadi error).
6. Diskusikan penyebab terjadinya eror dan
strategi ke depannya.
7. Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil
diberikan informasi, supaya pasien
mengetahui wujud obatnya dan untuk
mereview indikasinya.
Ada juga yang mengistilahkan
SALAD ( Sound Alike Look Alike
Drugs )
Versi Indonesianya yaitu
NORUM ( Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip )
istilah ini ada di permenkes
Menurut Permenkes RI No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA
masuk ke dalam obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications ), yaitu
obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event ),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome).
Beberapa faktor yang berkontribusi bikin
bingung :
- Tulisan tangan yang tidak jelas
- Nama obat tidak lengkap
- Produk baru, masih gress, gak banyak yang
tahu
- Kemasan atau label yang mirip
- Penggunaan klinis yang sama
- Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi
pemberian sama
Strategi Komunikasi untuk mencegah
terjadinya kesalahan karena LASA :
-> Permintaan Tertulis
1. Tambahkan merk dagang dan
nama generiknya pada resep,
terutama untuk obat yang
'langganan' bermasalah.
2. Tulis secara jelas, pake huruf
tegak kapital.
Metode Tall man digunakan
untuk membedakan huruf yang
tampaknya sama dengan obat
yang mirip. Dengan memberi
huruf kapital, maka petugas
akan lebih berhati-hati dengan
obat yang lasa.
contoh nama obat yg look-alike :
metFORmin dan metRONIdaZOL,
ePINEFrin dan efeDRIN
bikin bingung. Hanya yang
menulis dan Tuhan yang tahu
4. Tambahkan bentuk sediaan juga
di resep.
Misalnya metronidazol 500 mg,
sediaan tablet dan infusnya
sama-sama 500 mg.
5. Sertakan kekuatan obat.
6. Sertakan petunjuk penggunaan.
7. Tambahkan juga tujuan/indikasi
pengobatan, biar makin jelas
8. Gunakan resep preprinted, atau
electronic prescribing, paperless,
go green.
-> Permintaan Lisan :
1. Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat
tertentu, misalnya hanya dlm keadaan
emergency
2. Hindari permintaan via telepon, kecuali
benar-benar penting, ada form permintaan
via telepon yang akan ditandatangani.
3. Diperlukan teknik mengulangi permintaan,
dibacakan lagi permintaannya, jadi ada
kroscek.
Strategi buat tenaga kesehatan untuk
mencegah eror karena LASA :
1. Tidak menyimpan obat lasa secara alfabet.
Letakkan di tempat terpisah, misalnya
tempat obat fast moving.
2. Resep harus menyertakan semua
elemen yang diperlukan, misalnya nama
obat, kekuatan dosis, bentuk sediaan,
frekuensi dll.
3. Cocokkan indikasi resep dengan kondisi
medis pasien sebelum dispensing atau
administering.
4. Membuat strategi pada obat tertentu yang
penyebab errornya diketahui, misalnya
pada obat yang kekuatannya beda-beda,
atau pada obat yg kemasannya
mirip-mirip.
5. Laporkan eror yang aktual dan potensial
(berpeluang terjadi error).
6. Diskusikan penyebab terjadinya eror dan
strategi ke depannya.
7. Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil
diberikan informasi, supaya pasien
mengetahui wujud obatnya dan untuk
mereview indikasinya.
➌ Obat Kanker
Obat yg hrs ditangani dg hati2
oleh setiap petugas yg
menyimpan & mendistribusikan
SASARAN IV :
KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN.
Maksud dan Tujuan Tindakan Operasi di Rumah Sakit merupakan tindaan yang mengkhawatirkan dan sering terjadi kesalahan dan rawan tuntutan.
Kesalahan meliputi :
Salah-lokasi
Salah-prosedur
Salah Pasien
Indikator Keselamatan Operasi :
1. Menggunakan tanda yang mudah
dikenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan mengikutsertakan
pasien dalam proses penandaan.
2. Menggunakan checklist atau
proses lain untuk verifikasi lokasi
yang tepat, prosedur yang tepat,
dan pasien yang tepat sebelum
operasi, dan seluruh dokumen
serta peralatan yang dibutuhkan
tersedia, benar dan berfungsi.
3. Seluruh tim operasi membuat
dan mendokumentasikan
prosedur time out sesaat
sebelum prosedur operasi
dimulai.
Bilamana Site Marking dilakukan?
Site Marking dilakukan pada :
➊ Pada organ yang memiliki 2 sisi,
kanan dan kiri.
➋ Multiple structures/memiliki
banyak struktur (jari tangan,
jari kaki)
➌ Multiple level/memiliki tingkatan
(operasi tulang belakang,
cervical, thorak, lumbal)
➍ Multipel lesi yang pengerjaannya
bertahap (mata, wajah dan gigi)
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
(Site Marking) :
1. Gunakan tanda yang telah
disepakati dan konsisten
2. Site marking dilakukan dokter
yang akan melakukan tindakan
bedah dgn melibatkan pasien /
saat pasien masih terjaga bila
dimungkinkan
3. Tandai pada atau dekat daerah
insisi dan dilakukan saat pasien
dan harus terlihat saat pasien
dipersiapkan.
4. Gunakan tanda yang tidak
ambigu (contoh : tanda “X”
merupakan tanda yang ambigu)
5. Daerah yang tidak dioperasi,
jangan ditandai kecuali sangat
diperlukan
6. Gunakan penanda yang tidak
mudah terhapus (contoh :
Gentian Violet)
Kesalahan meliputi :
- Salah-Lokasi
- Salah-Prosedur
- Salah Pasien, penyebabnya :
➊ Kurang adekuat pada proses :
- Komunikasi antara anggota
Tim Bedah
- Asesmen pasien
- Penelaahan ulang catatan
medis
➋ Kurang/ tidak melibatkan
pasien di dalam penandaan
lokasi
➌ Tidak melakukan prosedur
untuk verifikasi
➍ Budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakan International Patien Safety Goal
( Tiga Komponen Safe Surgery )
meliputi :
➊ Verifikasi pra Bedah :
- Dokumen yang terkait
- Pemeriksaan Penunjang.
- Aat-alat atau bahan khusus
yang diperlukan tersedia, benar
dan berfungsi dengan baik
➋ Penandaan / Marking
Penandaan dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel dll.
Perlu melibatkan pasien : bila
sadar
➌ Check List Keselamatan Operasi
(Sign in – Time Out – Sign out)
WHO mengidentifikasi tiga fase
operasi yaitu sebelum induksi
anestesi (" sign in"), sebelum
sayatan kulit (" time out "), dan
sebelum pasien meninggalkan
ruang operasi (" sign out ")
(Cavoukian, 2009).
Tiga fase sebelum operasi :
❶ Fase Sign In
Fase dimulai sebelum pasien
dilakukan induksi anestesi
Fase ini dihadiri minimal oleh
perawat dan perawat anestesi.
Sebagai indikator meliputi :
① Pastikan identitas/Konfirmasi
meliputi :
- Nama pasien
- No CM
- Tanggal Lahir
② Gelang pasien terpasang dgn
benar
③ Penentuan lokasi operasi
④ Bagaimana prosedur operasi
⑤ Pastikan persetujuan tindakan
sudah ditanda tangani oleh
orang yang secara hukum
⑥ Penandaan lokasi operasi
dan sisi operasi sudah benar
⑦ Mesin, alat dan obat anestesi
lengkap dan berfungsi
⑧ Pastikan monitor tanda vital
terpasang dengan baik
⑨ Cek kembali apakah pasien
memiliki riwayat penyakit
seperti alergi, jantung,
hipertensi, DM dll.
⑩ Apakah pasien mempunyai
penyulit nafas
⑪ Bagaimana dengan resiko
kehilangan darah dan
persiapan yg diperlukan uk
antisipasinya
⑫ Pastikan akses intra vena
⑬ Jika diperlukan konsultasi
dengan bagian terkait
⑭ Perkiraan waktu operasi d
alam jam dan bagaimana
status ASA pasien
❷ Fase Time Out
Fase ini dilakukan sebelum
pasien di insisi / sebelum
sayatan kulit
Fase ini dihadiri minimal oleh
perawat, ahli anestesi dan
operator.
Sebagai indikator meliputi :
① Setiap anggota tim operasi
memperkenalkan diri (nama
dan tugas / peran ) & berdo'a
② Konfirmasi meliputi :
Nama pasien, No CM ,
prosedur, lokasi insisi
③ Sudahkah dilakukan
pemberian profilaksis
antibiotik 60 menit
sebelumnya.
④ Bagaimana mencegah
kejadian tidak diharapkan yg
meliputi bidang bedah dan
bidang anestesi
⑤ Hasil pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, rontgen,
PA, cardiologi.
⑥ Tim operasi memastikan
bahwa semua orang di ruang
operasi saling kenal
⑧ Pemeriksaan jumlah & jenis
instrumen
⑨ Operator memimpin do'a
❸ Fase sign out
Dilakukan sebelum pasien
meninggalkan kamar operasi
Dihadiri oleh perawat, ahli
anestesi dan operator.
Indikatornya meliputi :
① Konfirmasi secara verbal
tentang prosedur & tindakan
② Jumlah instrumen dan alat
sesuai item baik pre, intra
maupun pasca tindakan
③ Specimen telah diberi label
(Nama, umur, No Cm, Asal
specimen)
④ Adakah massalah dengan
peralatan selama operasi
⑤ Memusatkan perhatian pada
manajemen post operasi
serta pemulihan
sebelum memindahkan
pasien dari kamar operasi
⑥ Pasca tindakan pasien akan
dirawat dimana
(Surgery & Lives, 2008).
Contoh check list SKP di Kamar Operasi :
The Sign In ( Pukul : ............)
Dilakukan sebelum induksi
anestesi, minimalnya oleh
perawat dan dokter anestesi
① Pasien telah dikonfirmasikan :
- Identifikasi dari gelang ps
- Lokasi operasi
- Prosedur
- Surat ijin Operasi
② Lokasi operasi sudah diberi
tanda
③ Mesin dan obat-obat anestesi
sdh dicek lengkap
④ Pulse oximeter sdh terpasang
dan berfungsi
⑤ Apakah pasien punya riwayat
alergi
⑥ Kesulitan bernafas, resiko
aspirasi?.
Dan menggunakan peralatan
bantuan
⑦ Resiko kehilangan darah
- Dewasa > 500ml
- Anak > 7 ml/kg BB
⑧ Dua akses intravensi akses
sentral dan rencana terapi
cairan
The Time Out ( Pukul : ............)
Dilakukan sebelum incisi kulit,
di isi oleh perawat, operator dan
dokter anestesi.
① Konfirmasi seluruh anggota
tim, memperkenalkan nama
dan peranya masing-masing
② Dokter bedah, dokter anestesi
dan perawat melakukan
konfirmasi secara verbal :
- Nama pasien
- Prosedur
- Lokasi dimana incisi akan
dibuat
④ Apakah antibiotik profilaksis
sdh diberikan 60 menit
sebelumnya :
- Nama antibiotik yang
diberikan...................
- Dosis antibiotik yang
diberikan...................
⑤ Antisipasi kejadian kritis :
a. Riview dokter bedah,
langkah apa yg akan
dilakukan bila :
Kondisi kritis atau kejadian
yg tdk diharapkan
Lamanya operasi
Antisipasi kehilangan
...................................
b. Riview tim anestesi apakah
ada hal khusus yg perlu
diperhatikan pada pasien ?
....................................
Jika diperlukan CVC kapan
akan dipasang ?.................
c. Riview tim perawat apakah
peralatan sdh steril, adakah
alat-alat yg perlu
diperhatikan khusus atau
dalam masalah ?.............
⑥ Apakah foto rontgen /
CT Scan / MRI telah
ditayangkan ?
The Sign Out ( Pukul : ............)
Dilakukan sebelum pasien
meninggalkan OK, diisi oleh
perawat, operator dan dokter
anestesi
① Perawat melakukan
konfirmasi secara verbal
dengan tim :
a. Nama prosedur tindakan
telah dicatat ?.
b. Instrumen, kasa dan jarum
telah dihitung dgn benar ?.
c. Spesimen telah diberi label
( Nama pasien, No CM
Tanggal lahir) dan asal
jaringan spesimen )
d. Adakah masalah dengan
peralatan selama operasi ?.
② Operator, dokter anestesi dan
perawat melakukan review
masalah utama apa yg harus
diperhatikan untuk
penyembuhan dan
manajemen pasien
selanjutnya.
Hal yg harus diperhatikan :
...........................................
Tanggal, tanda tangan tindakan
verifikasi :
Sign In
- Perawat Sirkuler
- Operator
- Dokter Anestesi
Time Out
- Perawat Sirkuler
- Operator
- Dokter Anestesi
Sign Out
- Operator
- Dokter Anestes
Culpa atau Kelalaian, dibagi menjadi dua :
1) kelalaian /kealpaan ringan
(Culpa Levissima)
2) Kelalaian/ kealpaan berat
(Culpa Lata)
SASARAN V :
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Menerapkan program hand hygiene yg efektif, terutama pd 5 momen :
1. Sebelum kontak pasien
2. Sebelum memulai tindakan
aseptik
3. Setelah kontak dengan pasien
4. Setelah kontak dengan cairan
tubuh pasien
5. Setelah meninggalkan ruang
pemeriksaan pasien
Cara melakukan Hand Higiene :
Menggunakan TEPUNG SELACI PUPUT
1. TE…lapak tangan dgn telapak
tangan
2. PUNG…gung tangan dengan
telapak tangan
3. SELA…sela jari-jari
4. Jari-jari saling mengun…CI
5. PU…tar-putar sekeliling ibu jari
6. PUT…ar-putar ujung dan kuku jari
Lama waktu dilakukan :
Hand rub : 20 – 30 detik
Hand wash 40 – 60 detik
atau
6 langkah cuci tangan
standar WHO adalah :
- Buka kran dan basahi kedua
telapak tangan
- Tuangkan 5 ml handscrub/sabun
cair dan gosokkan pada tangan
dengan urutan
TEPUNG SELACI PUPUT sbb :
1. Te lapak tangan; gosok kedua
telapak tangan
2. Pung gung tangan; gosok
punggung dan sela-sela jari sisi
luar tangan kiri dan sebaliknya.
3. Sela -sela jari, gosok telapak
tangan dan sela-sela jari sisi
dalam
4. Kun Ci; jari jari sisi dalam dari
kedua tangan saling mengunci
5. Pu tar; gosok ibu jari tangan kiri
dan berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
6. Put ar; rapatkan ujungjari tangan
kanan dan gosokkan pada
telapak tangan kiri dengan cara
memutar mutar terbalik arah
jarum jam, lakukan pada ujung
jari tangan sebaliknya.
- Ambil kertas tissue atau kain
lap disposable, keringkan kedua
tangan
- Tutup kran dengan sikut atau
bekas kertas tissue yang masih
di tangan.
Handwash
- Menggunakan air mengalir
dan sabun
- Lama cuci 40 - 60 detik
Handrub
- Menggunakan cairan berbasis
alkohol
- Lama cuci tangan 20-30 detik
Alat Pelindung Diri (APD)
Digunakan petugas utk melindungi
dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta dan resiko hazard (material memaski hidung atau mulut)
APD meliputi :
- Masker
• Masker Bedah
• Masker Efisiensi Tinggi N 95
respirator )
- Pelindung/Tutup Kepala
- Pelindung Wajah /Kacamata
(Goggle/Googles)
- Pelindung Kepala
- Baju Pelindung/Gaun Pelindung
- Apron
--- Utk melindungi kulit/pakaian
- Sarung Tangan
• ST Steril
• ST Non Steril dan
• ST Rumah Tangga
- Pelindung Kaki (Sepatu)
Etika Batuk
➊ Kebiasaan salah
- Tidak menutup mulut
- Tidak mencuci tangan
- Meludah disembarang tempat
- Tidak memakai masker
- Membuang tissue bekas
disembarang tempat
➋ Etika batuk yg benar
- Memakai Masker
- Menutup hidung dan mulut dgn
tissue
- Jk tdk memakai masker dan
tissue, tutup hidung dan mulut
dg lengan bagian atas.
Usahakan bersin atau batuk
menyemprot kebawah.
SPILL KIT
- Peralatan yg digunakan untuk
membersihkan tumpahan, cairan
kimia yg dikatagorikan sebagi
Bahan Berbahaya & Beracun ( B3 )
Tersedia untuk 2 jenis tumpahan :
1. Tumpahan produk minyak bumi
2. Tumpahan bahan kimia
Absorbent
1. Absorbent Boom
Spt guling berisi bahan aktif
penyerap dg diameter 1-3 inchi
panjang ± 3 meter dilengkapi
book utk menyambung antar
Absorbent boom
- Warna Putih : Utk menyerap
tumpahan oli, minyak dan
minyak bakar.
- Warna Merah atau Kuning
Utk menyerap ceceran cairan
asam, air dan larutan kimia.
2. Absorbent Sock
- Berisi serbuk absorber yg dpt
secara universal
- Menyerap tumpahan minyak,
cairan dan air
- Biasanya berwarna abu-abu
3. Absorbent Pan
- Digunakan utk menampung
tetesan minyak & oli sehingga
tdk mencemari dan mengotori
lantai/tanah.
4. Absorbent Pad
- Warna Putih
Utk menyerap ceceran oli,
minyak dan minyak bakar.
- Warna Merah
Utk menyerap ceceran air dan
larutan kimia.
- Oil Absorbent Pad dpt
menyerap minyak 2-3 liter
➊ Tabung Tutup Ungu atau
Lavender. Tabung ini berisi EDTA
Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan darah lengkap,
darah rutin dan bank darah
( crossmatch )
❷ Tabung Tutup Kuning
Tabung ini berisi gel separator
(serum separator tube/SST )
yang fungsinya memisahkan
serum dan sel darah.
Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah,
imunologi dan serologiutk
pemeriksaan darah kimia
❸ Tabung Tutup Biru
Tabung ini berisi natrium sitrat.
Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan koagulasi (misal
PPT, APTT, INR)
SASARAN VI :
PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH
Agar risiko pasien jatuh dan
cedera akibat terjatuh ini dapat
ditangani dengan baik, rumah
sakit harus membuat kebijakan,
prosedur, serta program yang
berdasarkan pada kebijakan dan
prosedur tersebut.
Pencegahan Pasien Jatuh / Fall
Prevention :
1. Amati dengan teliti di
lingkungan kerja anda
terhadap fasilitas, alat, sarana
dan prasarana yang
berpotensi menyebabkan
pasien cidera karena jatuh
2. Laporkan pada atasan atas
temuan risiko fasilitas yang
dpt menyebabkan pasien
cidera
3. Lakukan asesmen resiko jatuh
pada setiap pasien dg
menggunakan skala :
- Skala Humpty Dumpty
( Pasien anak )
- Skala Risiko Jatuh Morse /
MSF ( Pasien dewasa )
- Skala Geriatric
( Pasien Geriatric )
Skala Risiko Jatuh Morse
Riwayat Jatuh
Kurang dari 3 Bulan 25
Tidak ada atau > 3 bulan 0
Kondisi Kesehatan
> 1 diagnosa penyakit 15
< 1 diagnosa penyakit 0
Bantuan Ambasi
Perabot 30
Tongkat/Penopang 15
Tidak ada/Tirah Baring 0
Terapi IV/Anti Koagulan
Terapi IV terus menerus 20
Tidak 0
Gaya Berjalan
Kerusakan/Terganggu 20
Lemah 10
Normal/Tirang Baring 0
Status Mental
Lupa Keterbatasan 15
Sadar kemampuan diri 0
Skala Risiko Jatuh Morse :
• Resiko Rendah 0 - 24
• Resiko Sedang 25 - 45
• Resiko Tinggi > 45
Stiker Gelang Kuning utk pasien
Resiko Sedang & Tinggi
Cara mengatasi pasien resiko
jatuh :
① RESIKO RINGAN
- Orientasi tempat
- Kunci Roda Tpt Tidur
- Pasang pengaman tpt tidur
- Bell Pasien
② RESIKO SEDANG
- Resiko Ringan + Restrain
③ RESIKO BERAT
- Resiko Ringan + Sedang +
Observasi setiap 1 jam
Evaluasi Pasien Resiko Jatuh
harus meliputi :
- Riwayat jatuh
- Konsumsi obat dan alcohol
- Skrining kemampuan gerak dan
keseimbangan,
- Alat bantu gerak yang digunakan
- Asesmen ulang risiko jatuh jika
ada perubahan kondisi pada
pasien (misal : setelah operasi,
setelah terjatuh, dll), atau setelah
pemberian obat-obatan tertentu
(obat penenang, diuretic,dll)
Keselamatan Pasien
-----> Bebas dari cidera yg tdk seharunya atau cidera yg potensial terkait dgn pelayanan kesehatan.
Insiden Keselamatan Pasien
-----> Setiap kejadian yg tdk disengaja dan tdk diharapkan yg dpt mengakibatkan /berpotensi
terjadi cedera pd pasien.
- KTD : Kejadian Tdk Diharapkan
- KNC : Kejadian Nyaris Cidera
- KPC : Kejadian Potensial Cidera
- Kejadian Sentinel : Kejadian Berat,
mengakibatkan kecacatan sampai
kematian.
Contoh KTD
- Pasien Jatuh
- Penandaan lokasi operasi yg salah
dan sdh dilakukan operasi
- Obat diberikan IV, seharusnya IM
- Obat utk pasien A, tetapi diberikan
pasien B dan sdh dimakan oleh
pasien B.
Contoh KNC
- Salah memberikan labe obat,
namun obat blm diberikan kpd
pasien.
- Penandaan lokasi operasi yg salah
namun diketahui sebelun tindakan
operasi dilakukan
Contoh KPC
- Obat-obat emergency tdk ada
diruang emergency
- Obat-obat yg mirip bentuk, rupa,
warna ditempat yg sama yg
memungkinkan kesalahan
mengambil obat
Jk ada Kejadian Tdk Diharapkan :
- Menjelaskan apa yg sdg tjd dan
apa yg akan dilakukan
- Pimpinan/kepala unit melaporkan
KTD kpd unit terkait utk
menghindari kejadian serupa /
perbaikan
Laporan KTD :
- Bersifat rahasia
- Laporan hanya satu,
TIDAK BOLEH dicopy, difoto dan
dishare ke media hp dll.
- Yg mengetahui yg membuat
laporan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Belajarlah ketenangan, kehormatan diri dan bersikaplah rendah hati kepada yg mengajar kamu.