Senin, 19 Desember 2016

Rangkuman SKP 'Patiant Safety Goals'

Ketenangan, kehormatan dan bersikap rendah hati


Standar Akreditasi Versi 2012
KELOMPOK : SKP

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) Rumah Sakit / INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG), terbagi menjadi enam sasaran, meliputi :
  1. Sasaran : Ketepatan identifikasi pasien
  2. Sasaran : Peningkatan komunikasi yang efektif
  3. Sasaran : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
  4. Sasaran : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi
  5. Sasaran : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
  6. Sasaran : Pengurangan risiko pasien jatuh
Dari enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif.

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah :
  1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
  2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
  3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
  4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah :
  1. Identify Patients Correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
  2. Improve Effective Communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
  3. Improve the Safety of High-Alert Medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
  4. Eliminate Wrong Dite, Wrong Patient, Wrong Procedure Surgery (mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
  5. Reduce the Risk of Health Care-Associated Infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
  6. Reduce the Risk of Patient Harm from Falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)


SASARAN I :
IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR (Identify Patients Correctly)

Maksud dan Tujuan IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR (Identify Patients Correctly) :
  1. Teridentifikasi dengan tepat dan benar pasien sebagai individu  yang akan menerima pelayanan / tindakan / prosedur
  2. Meningkatnya ketepatan pemberian pelayanan medis / keperawatan kepada pasien
Standar dan Elemen Penilaian
IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR (Identify Patients Correctly) :
  1. RS harus menetapkan metode ketepatan identifikasi pasien/kebijakan identifikasi pasien
  2. Identifikasi pasien menggunakan 2 identitas dari minimal 3 identitas
  • Nama Pasien (E-KTP)
  • Tanggal, bulan dan tahun lahir
  • Nomer Rekam Medis (MR)
  • Gelang pasien
Cara identifikasi pasien :
  • Secara verbal tanyakan nama pasien
  • Secara visual lihat ke gelang pasien
  • Berikutnya lihat menggunakan 2 identitas dari minimal 3 identitas
INGAT !
Dilarang identifikasi pasien dengan nomor kamar atau tempat tidur pasien (lokasi)

Warna gelang identitas pasien :
  • Biru (laki - laki)
  • Pink (Wanita)
Dengan warna gelang stiker ( penanda ) pasien :
  • Kuning (Resiko Jatuh)
  • Merah (Alergi Obat)
  • Pink (High Allert)
  • Hijau (Alergi Latex)
  • Ungu (DNR)
Pemakain Gelang Pasien :
  • Dewasa : Pasang ditangan yg dominan atau di kaki pasien
  • Bayi : Pasang di Tangan ( Nama Bayi ) dan kaki ( Nama Ibu )
  • Tidak Punya Tangan : Pasang di Kaki
  • Tidak Punya Tangan dan Kaki : Pasang di Baju/Pakaian/Badan.
  • Meninggal : Pasang Tangan dan Kaki
Pasien akan ditanya :
  • Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat pemasangan gelang
  • Apakah petugas selalu mengidentifikasi nama pasien sebelum melakukan tindakan
Informasi yang dibutuhkan pemasangan gelang :
  • Jelaskan manfaat, bahaya bila : menolak, melepas, menutupi gelang identitas
  • Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan / memberikan obat tidak mengkonfirmasi identitas dan mengecek ke gelang
Area yang wajib melakukan identifikasi pasien :
  • Keperawatan
  • Rawat inap
  • Rawat jalan
  • IGD
  • Bagian Registrasi Pasien
  • Rekam Medis
  • Dokter
  • Farmasi
  • Rehabilitasi Medik
  • Penunjang Medik (Laboratorum/Radiologi/Diagnostik)
Kapan identifikasi pasien  dilakukan
Identifikasi pasien harus dilakukan sebelum :
  • Memberikan obat, darah, atau  produk darah
  • Mengambil darah dan spesimen lain untuk pengujian klinis
  • Sebelum memberikan perawatan dan prosedur
  • Bagi bayi, identifikasi juga dilakukan sebelum mentransfer pasien dari kamar bayi ke kamar ibu
  • Sebelum memberikan pengobatan
  • Sebelum memberikan tindakan
Melakukan identifikasi pasien dengan benar :
Rawat Inap
  • Pasien Sadar
  • Tanyakan nama pasien ( Identifikasi aktif )
  • Pasien diminta menyebutkan  namanya dengan lengkap
  • Cocokkan nomor rekam medis
  • Pasien Tidak Sadar/ Bayi/ Hambatan Komunikasi
  • Tanyakan nama pasien pada keluarga/pendamping ( identifikasi aktif )
  • Cocokkan nomor rekam medis
Rawat Jalan
  • Tanyakan nama pasien dan tanggal lahir ( identifikasi aktif )
  • Cocokan dengan dokumen yang ada
Monitoring dan Evaluasi Identifikasi Pasien :
  • Dengan cara Audit
  • Kuesioner kepada staf
  • Observasi pelaksanaan
  • Kuesioner kepada pasien
Indikator Klinik dan Parameter Pengukuran :
  • Cara Audit
  • Indikator
  • Pengukuran Kriteria Sukses Numerator
  • Denominator
  • Observasi Pelaksanaan
Total staf yang diaudit semua mampu melakukan proses identifikasi pasien secara lengkap dan benar  (100%)


SASARAN II :
MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN MELALUI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Kebijakan Dasar SPO
  1. Setiap order secara lisan atau melalui telepon atau melaporkan hasil-hasil pemeriksaan dengan nilai yang kritis, maka yang memberikan order harus memverifikasi kelengkapan order tersebut dengan meminta pada penerima order untuk membacakan kembali atau "read back" kelengkapan order tersebut.
  2. Mengembangkan kebijakan dan prosedur yang mengarahkan pada keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon.
  3. Orang yang menerima informasi atau order, mencatat kelengkapan order atau hasil pemeriksaan atau menginput ke dalam komputer.
  4. Orang yang menerima informasi atau order membacakan kembali atau “ read back “ secara lengkap
  5. Orang yang memberikan order mengkonfirmasi kembali informasi atau order tersebut
Singkatan baku yang tidak boleh digunakan Standar Dasar SPO :
  1. RS harus membakukan daftar singkatan, akronim, simbol, dan penandaan dosis yg tidak boleh digunakan di seluruh bagian RS
  2. Menetapkan dan mengimplementasikan daftar singkataan baku, akronim, simbol-simbol dan penandaaan dosis yang tidak boleh digunakandi seluruh bagian RS dan menggunakannya pada semua pendokumentasian baik secara manual maupun dgn komputer.
  3. Gunakan singkatan yg sudah terstandar.
  4. Tulis kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
RS mengimplementasikan pendekatan yang standar/ baku untuk “ metode komunikasi serah terima informasi kesehatan pasien “. HAND OFF COMMUNICATIONS ( komunikasi serah terima pasien antar perawat dan/staf medis )
Tujuan :
  • Untuk menyediakan informasi secara akurat, tepat waktu tentang rencana keperawatan, pengobatan, kondisi terkini, dan perubahan kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun yang dapat di prediksi selanjutnya.
Komunikasi Efektif :
  • Strategi Pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi diantara tenaga kesehatan.
  • Berlaku untuk semua petugas saat melakukan pelaporan
Komunikasi verbal menerapkan :
Tekhnik Tul - Ba - Kon (Tulis - Baca - Konfirmasi kembali) / Write Down - Read Back - Confirmation

Komunikasi SBAR
  • Adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
  • SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yg membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien
  • SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.
  • SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah :
  • Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
  • Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien.
  • Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan  pasien.
Komunikasi efektif SBAR :
  • Dilakukan saat menerima instruksi verbal / lisan dan saat menerima informasi hasil tes kritis secara verbal / lisan
  • Dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
  • Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik, sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien
Kerangka Komunikasi Efektif  Metode SBAR :
➊ Situation :
  • Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/dilaporkan?
  • Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
  • Diagnosa medis
  • Apa yang terjadi dgn pasien yang memprihatinkan
➋ Background :
  • Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dgn situasi?
  • Obat saat ini dan alergi
  • Tanda-tanda vital terbaru
  • Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk perbandingan
  • Riwayat medis
  • Temuan klinis terbaru
➌ Assessment :
  • Berbagai hasil penilaian klinis perawat
  • Apa temuan klinis?
  • Apa analisis dan pertimbangan perawat?
  • Apakah masalah ini parah / mengancam kehidupan?
➍ Recommendation :
  • Apa yang perawat inginkan  terjadi dan kapan?
  • Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?
  • Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
  • Apa yang perawat butuhkan dari dokter utk memperbaiki kondisi pasien?
  • Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien / penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon.

Untuk mengurangi kesalahan dalam komunikasi maka setiap petugas wajib :
  • Lakukan komunikasi, baik lisan maupun  tertulis dgn sejelas-jelasnya.
  • Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara  lengkap oleh penerima perintah / hasil pemeriksaan  tersebut.
  • Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
  • Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
Lakukan komunikasi, baik lisan maupun  tertulis dgn sejelas-jelasnya.
Jika pesan lisan meragukan, segera klarifikasi dgn phonetic alfabeth kepada pemberi pesan sbb :
         
             A Alfa N November
             B Bravo O Oscar
             C Charlie P Papa
             D Delta Q Quebec
             E Echo R Romeo
             F Foxtrot S Sierra
             G Golf T Tango
             H Hotel U Uniform
             I India V Victor
             J Juliet W Whiskey
             K Kilo X X ray
             L Lima Y Yankee
             M Mike Z Zulu

Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah dibaca minimal oleh 3 orang.


SASARAN III :
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT DENGAN KEWASPADAAN TINGGI ( IMPROVE THE SAFETY OF HIGH ALERT MEDICATIONS )

Kebijakan
  1. Menetapkan daftar obat yang bentuknya mirip dan nama kedengaran mirip ( Look Alike Sound Alike : LASA/Sound Alike Look Alike Drugs : SALAD ), review minimal setiap tahun.
  2. Menetapkan tindakan pencegahan akibat kesalahan karena tertukar/ salah penempatan obat LASA/ SALAD.
  3. Elektrolit konsentrat tidak distok/ disimpan di ruang- ruang rawat, kecuali untuk kebutuhan klinik boleh di stok dalam jumlah terbatas di area-area tertentu misalnya kamar operasi, Dialysis unit, IGD, ICU/ICCU, penyimpanan dan pemberian harus sesuai dengan persyaratan.
  4. Untuk memenuhi kebutuhan penggunaan elektrolit konsentrat  pasien-pasien di ruang-ruang rawat lainnya khususnya potassium chloride, disiapkan langsung oleh staf bagian Farmasi dalam bentuk sediaan yang sudah di dilusi.
  5. Obat dan cairan lainnya yang ditempatkan dalam kontainer harus diberi label termasuk bila hanya ada 1 jenis obat yang sedang digunakan.
  6. Label dituliskan nama obat, kekuatan obat, jumlah, tanggal kadaluarsa ( bila tidak digunakan dalam 24 jam, dan waktu kadaluarsa bila kadaluarsa terjadi dalam waktu < 24 jam )
  7. Buang obat atau cairan segera bila ditemukan tidak berlabel.
  8. Vial / ampul / wadah obat atau cairan jangan dibuang sampai  prosedur atau tindakan selesai, terutama di kamar operasi atau ruang prosedur
  9. Label pada kontainer steril harus dibuang pada setiap selesai suatu prosedur/tindakan
Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi), tips :
  • Pemberian elektorlit pekat harus dengan pengenceran dan menggunakan bel khusus.
  • Setiap pemberian obat menerapkan prinsip 7 benar
Prinsip 7 Benar Pemberian Obat :
PAS DIKASI OBAT DO R TU DOK
  • Benar Pasien 
➀ Cek nama pasien pd label
➁ Gunakan dua cara untuk identifikasi (nama dan tanggal lahir).
➂ Minta pasien untuk menyebutkan identitasnya
  • Benar Indikasi : Lihat dibrosur obat dan MIMS ISO tentang indikasi
  • Benar Obat : Cek label obat dan cek resep
  • Benar Dosis : Cek resep, cek kesesuaian dosis dan retervasi
  • Benar Rute - Cara Pemberian : 
➀ Cek resep dan kesesuaian rute pemberian pada resep.
➁ Pastikan pasien dapat menggunakan obat sesuai rute pemberian yg tertulis  pada resep
  • Benar Waktu Pemberian : 
➀ Cek frekuensi obat yang diresepkan.
➁ Lakukan double check untuk memastikan obat yang diberikan pada jam yg tepat
  • Benar Dokumentasi : 
➀ Dokumentasikan setiap pemberian obat yang telah dilakukan.
➁ Catat waktu, rute dan informasi lainnya yang diperlukan.
Pastikan pengeceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang kompeten.
Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat terlihat mirip dan kedengarannya mirip :

  • Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM) atau Look Alike Sound Alike (LASA). 
  • Elektrolit konsentrat (misalnya,  kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat = 50%. Obat yang berkatagori tersebut diatas, merupakan obat yang sering menyebabkan Kecelakaan Tak Disengaja (KTD) dan/atau kejadian Sentinel (Berat).
  • Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien tanpa pengawasan.
  • Biasakan mengeja nama obat  dengan kategori LASA, saat memberi / menerima instruksi

Macam kesalahan bisa terjadi :
Secara tidak sengaja bila petugas tidak mendapatkan orientasi sebelum ditugaskan pd keadaan gawat darurat

Labeling (Penandaan) :
  1. High Aler
  2. Lasa
  3. Obat Kanker
High Aler
Obat yg memerlukan kewaspadaan tinggi

Daftar HAM ( High Allert Medication ) :
  • Elektrolit Konsentrat
  • Kalium Klorida (KCl)
  • Natrium klorida (NaCl) 3%
  • Magnesium sulfat (MgSO4)
  • Natrium bikarbonat
( NORUM : Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip )

Pemberian HAM ( High Allert Medication ) :
  • Pengecekan ganda / Double Check
  • Wajib mendokumentasikan  pemberian obat HAM
  • Monitoring secara periodic selama pasien menerima HAM
LASA
Obat  yg masuk dlm daftar Look Alike Sound Alike ( LASA ) yaitu memiliki nama / penampilan yg mirip dg obat lain, contoh :
  • Platosin
  • Carbosin
  • Heparin
Ada juga yang mengistilahkan SALAD ( Sound Alike Look Alike Drugs )
Versi Indonesianya yaitu NORUM ( Nama Obat Rupa Ucapan Mirip )
Istilah ini ada di Permenkes RI No : 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA masuk ke dalam obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications ), yaitu obat yang  sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event ), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).

Beberapa faktor yang berkontribusi bikin bingung :
  • Tulisan tangan yang tidak jelas
  • Nama obat tidak lengkap
  • Produk baru, masih gress, gak banyak yang tahu
  • Kemasan atau label yang mirip
  • Penggunaan klinis yang sama
  • Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi pemberian sama

Strategi Komunikasi untuk mencegah terjadinya kesalahan karena LASA :

Permintaan Tertulis :
  • Tambahkan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk obat yg 'langganan' bermasalah.
  • Tulis secara jelas, pake  huruf tegak kapital. Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf yg tampaknya sama dgn obat yang mirip dengan memberi huruf kapital, maka petugas akan lebih berhati-hati dgn obat yang lasa.
  • Hindari singkatan-singkatan yang bikin bingung (Hanya yang menulis dan Tuhan yang tahu
  • Tambahkan bentuk sediaan juga di resep, misal metronidazol 500 mg, sediaan tablet dan infusnya sama-sama 500 mg.
  • Sertakan kekuatan obat.
  • Sertakan petunjuk penggunaan.
  • Tambahkan juga tujuan/ indikasi pengobatan, biar makin jelas.
  • Gunakan resep preprinted, atau electronic prescribing, paperless, go green. 
Contoh nama obat yang look-alike :
  • metFORmin--metRONIdaZOL
  • ePINEFrin--efeDRIN
Permintaan Lisan
  • Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat tertentu, misalnya hanya dalam keadaan emergency. 
  • Hindari permintaan via telepon, kecuali benar-benar penting, ada form permintaan via telepon yg akan ditandatangani. ➂ Diperlukan teknik mengulangi permintaan, dibacakan lagi permintaannya, jadi ada kroscek.

Strategi buat tenaga kesehatan untuk mencegah error karena LASA :
  • Tidak menyimpan obat lasa secara alfabet.
  • Letakkan di tempat terpisah, misalnya tempat obat fast moving.
  • Resep harus menyertakan semua elemen yg diperlukan, misalnya nama obat, kekuatan dosis, bentuk sediaan, frekuensi dll.
  • Cocokkan indikasi resep dgn kondisi medis pasien sebelum dispensing atau administering.
  • Membuat strategi pada obat tertentu yg penyebab errornya diketahui, misalnya pada obat yang kekuatannya beda-beda, atau pd obat yg kemasannya mirip-mirip.
  • Laporkan eror yang aktual dan potensial (berpeluang terjadi error).
  • Diskusikan penyebab terjadinya eror dan strategi ke depannya.
  • Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil diberikan informasi, supaya pasien mengetahui wujud obatnya dan untuk mereview indikasinya.

Obat Kanker
Obat yg hrs ditangani dengan hati-hati oleh setiap petugas yang menyimpan & mendistribusikan


SASARAN IV :
KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN.

Maksud dan Tujuan Tindakan Operasi di Rumah Sakit merupakan tindakan yang mengkhawatirkan dan sering terjadi kesalahan dan rawan tuntutan.
Kesalahan meliputi :
  1. Salah-lokasi
  2. Salah-prosedur
  3. Salah Pasien
Penyebabnya kurang adekuat pada proses :
  1. Komunikasi antara anggota tim bedah
  2. Asesmen pasien
  3. Penelaahan ulang catatan medis kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
  4. Tidak melakukan prosedur untuk verifikasi
  5. Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah
Indikator Keselamatan Operasi :
  1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
  2. Menggunakan checklist atau    proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
  3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
Bilamana Site Marking dilakukan?, site marking dilakukan pada :
  1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
  2. Multiple structures/memiliki  banyak struktur (jari tangan, jari kaki)
  3. Multiple level/memiliki tingkatan  (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)
  4. Multipel lesi yang pengerjaannya  bertahap (mata, wajah dan gigi)

Anjuran Penandaan Lokasi Operasi (Site Marking) :
  1. Gunakan tanda yang telah disepakati dan konsisten
  2. Site marking dilakukan dokter yang akan melakukan tindakan bedah dengan melibatkan pasien / saat pasien masih terjaga bila dimungkinkan
  3. Tandai pada atau dekat daerah  insisi dan dilakukan saat pasien dan harus terlihat saat pasien dipersiapkan.
  4. Gunakan tanda yang tidak  ambigu (contoh : tanda “X” merupakan tanda yang ambigu)
  5. Daerah yang tidak dioperasi,  jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
  6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakan International Patien Safety Goal ( Tiga Komponen Safe Surgery ) meliputi :
  • Verifikasi pra Bedah : 
➀ Dokumen yang terkait.
➁ Pemeriksaan Penunjang. ➂ Alat-alat atau bahan khusus yang diperlukan tersedia, benar dan berfungsi dengan baik.
  • Penandaan / Marking : Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel dll. Perlu melibatkan pasien : bila sadar
  • Check List Keselamatan Operasi  (Sign in – Time Out – Sign out)
WHO mengidentifikasi tiga fase operasi yaitu sebelum induksi anestesi (" sign in"), sebelum sayatan kulit (" time out "), dan sebelum pasien meninggalkan ruang operasi (" sign out ")  (Cavoukian, 2009).
Tiga fase sebelum operasi :
  1. Fase Sign In : Fase dimulai sebelum pasien dilakukan induksi anestesi. Fase ini dihadiri minimal oleh perawat dan perawat anestesi. Sebagai indikator meliputi : ➀ Pastikan identitas / konfirmasi meliputi : nama pasien, no CM, tanggal lahir, gelang pasien terpasang dengan benar. ➁ Penentuan lokasi operasi. ➂ Bagaimana prosedur operasi. ➃ Pastikan persetujuan tindakan sudah ditanda tangani oleh orang yang secara hukum berhak menandatangani. ➄ Penandaan lokasi operasi dan sisi operasi sudah benar. ➅ Mesin, alat dan obat anestesi lengkap dan berfungsi. ➆ Pastikan monitor tanda vital terpasang dengan baik. ➇ Cek kembali apakah pasien memiliki riwayat penyakit seperti alergi, jantung, hipertensi, DM dll. ➈ Apakah pasien mempunyai penyulit nafas. Bagaimana dengan resiko kehilangan darah dan persiapan yg diperlukan untuk antisipasinya. Pastikan akses intra vena. Jika diperlukan konsultasi dengan bagian terkait. Perkiraan waktu operasi dalam jam dan bagaimana status ASA pasien
  2. Fase Time Out : Fase ini dilakukan sebelum pasien di insisi / sebelum sayatan kulit. Fase ini dihadiri minimal oleh perawat, ahli anestesi dan operator. Sebagai indikator meliputi : ➀ Setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri (nama dan tugas / peran ) & berdo'a. ➁ Konfirmasi meliputi : nama pasien, no CM, prosedur, lokasi insisi. ➂ Sudahkah dilakukan pemberian profilaksis antibiotik 60 menit sebelumnya. ➃ Bagaimana mencegah kejadian tidak diharapkan yg meliputi bidang bedah dan bidang anestesi. ➄ Hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, rontgen, PA, cardiologi. ➅ Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal. ➆ Pemeriksaan jumlah dan jenis instrumen ➇ Operator memimpin do'a
  3. Fase sign out : Dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi. Dihadiri oleh perawat, ahli anestesi dan operator. Indikatornya meliputi : ➀ Konfirmasi secara verbal tentang prosedur & tindakan ➁ Jumlah instrumen dan alat sesuai item baik pre, intra maupun pasca tindakan. ➂ Specimen telah diberi label (nama, umur, No CM, asal specimen). ➃ Adakah massalah dengan peralatan selama operasi. ➄ Memusatkan perhatian pada  manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi. ➅ Pasca tindakan pasien akan dirawat dimana. (Surgery & Lives, 2008).
Contoh :
The Sign In ( Pukul : ............)
Dilakukan sebelum induksi anestesi, minimalnya oleh perawat dan dokter anestesi
① Pasien telah dikonfirmasikan :
     Identifikasi dari gelang pasien
     Lokasi operasi
     Prosedur
     Surat ijin Operasi
② Lokasi operasi sudah diberi tanda
③ Mesin dan obat-obat anestesi sdh dicek lengkap
④ Pulse oximeter sdh terpasang dan berfungsi
⑤ Apakah pasien punya riwayat alergi
⑥ Kesulitan bernafas, resiko aspirasi?. Dan menggunakan peralatan bantuan
 ⑦ Resiko kehilangan darah
      Dewasa > 500ml
      Anak > 7 ml/kg BB
⑧ Dua akses intravensi akses sentral dan rencana terapi cairan
The Time Out ( Pukul : ............)
Dilakukan sebelum incisi kulit,di isi oleh perawat, operator dan dokter anestesi.
Konfirmasi seluruh anggota tim, memperkenalkan nama dan peranya masing-masing
Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat melakukan konfirmasi secara verbal :
             Nama pasien
             Prosedur
             Lokasi dimana incisi akan dibuat
Apakah antibiotik profilaksis sdh diberikan 60 menit sebelumnya :
             Nama antibiotik yg diberikan......
             Dosis antibiotik yg diberikan.......
Antisipasi kejadian kritis :
Riview dokter bedah, langkah apa yg akan dilakukan bila :
Kondisi kritis atau kejadian yg tdk diharapkan
Lamanya operasi
Antisipasi kehilangan ..................
Riview tim anestesi apakah ada hal khusus yg perlu diperhatikan pada pasien ? ..........
Jika diperlukan CVC kapan  akan dipasang ?.................
Riview tim perawat apakah peralatan sdh steril, adakah alat-alat yg perlu diperhatikan khusus atau dalam masalah ?.............
Apakah foto rontgen/CT Scan/MRI telah ditayangkan ?

The Sign Out ( Pukul : ............)  
Dilakukan sebelum pasien meninggalkan OK, diisi oleh perawat, operator dan dokter anestesi
Perawat melakukan konfirmasi secara verbal dengan tim :
Nama prosedur tindakan telah dicatat ?.
Instrumen, kasa dan jarum telah dihitung dgn benar ?.
Spesimen telah diberi label (Nama pasien, No CM dan anggal lahir) dan asal   jaringan spesimen )
Adakah masalah dengan peralatan selama operasi ?.
Operator, dokter anestesi dan perawat melakukan review masalah utama apa yg harus diperhatikan untuk penyembuhan dan manajemen pasien selanjutnya.

      Hal yg harus diperhatikan :
      ...........................................
Tanggal, tanda tangan tindakan verifikasi :
Sign In
Perawat Sirkuler
Operator
Dokter Anestesi
Time Out
Perawat Sirkuler
Operator
Dokter Anestesi
Sign Out
Operator
Dokter Anestesi

Culpa atau Kelalaian, dibagi menjadi dua :
Kelalaian /kealpaan ringan (Culpa Levissima)
Kelalaian/ kealpaan berat (Culpa Lata)

SASARAN V :
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Menerapkan program hand hygiene yg efektif, terutama pada 5 momen :
  1. Sebelum kontak pasien
  2. Sebelum memulai tindakan aseptik
  3. Setelah kontak dengan pasien
  4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
  5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Cuci Tangan / Hand Hygiene :
  • Handwash : cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun, lama cuci tangan 40 - 60 detik
  • Handrub : cuci tangan menggunakan cairan berbasis alkohol, lama cuci tangan 20-30 detik
Cara melakukan Hand Higiene :
Menggunakan TE PUNG SELA CI PU PUT
  • TE...lapak tangan dgn telapak  tangan
  • PUNG...gung tangan dengan   telapak tangan
  • SELA...sela jari-jari
  • Jari-jari saling mengun...CI
  • PU...tar-putar sekeliling ibu jari
  • PUT...ar-putar ujung dan kuku jari

atau enam (6) langkah cuci tangan standar WHO adalah :
  • Buka kran dan basahi kedua telapak tangan
  • Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan urutan TE PUNG SELA CI PU PUT sbb :
  1. TE - lapak tangan : gosok kedua telapak tangan
  2. PUNG - gung tangan : gosok punggung dan sela-sela jari sisi  luar tangan kiri dan sebaliknya.
  3. SELA - sela jari, gosok telapak  tangan dan sela-sela jari sisi dalam
  4. Kun - CI : jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
  5. PU - tar : gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
  6. PUT - ar : rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara  memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung  jari tangan sebaliknya.
  • Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua tangan
  • Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di tangan.

Alat Pelindung Diri (APD)
Digunakan petugas utk melindungi dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta dan resiko hazard (material memaski hidung atau mulut)

APD meliputi :
  • Masker : Masker Bedah dan Masker Efisiensi Tinggi N 95 respirator )
  • Pelindung/Tutup Kepala
  • Pelindung Wajah /Kacamata (Goggle/Googles)
  • Pelindung Kepala
  • Baju Pelindung/Gaun Pelindung
  • Apron  : Untuk melindungi kulit/pakaian
  • Sarung Tangan : ST Steril, ST Non Steril dan ST Rumah Tangga
  • Pelindung Kaki (Sepatu)

Etika Batuk
Kebiasaan batuk yang salah :
  • Tidak menutup mulut
  • Tidak mencuci tangan
  • Meludah disembarang tempat
  • Tidak memakai masker
  • Membuang tissue bekas disembarang tempat
  • Etika batuk yg benar
  • Memakai Masker
  • Menutup hidung dan mulut dgn tissue
  • Jika tidak memakai masker dan  tissue, tutup hidung dan mulut dengan lengan bagian atas.
  • Usahakan bersin atau batuk menyemprot kebawah.

SPILL KIT
Peralatan yg digunakan untuk membersihkan tumpahan, cairan kimia yg dikatagorikan sebagi Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 )
Tersedia untuk 2 jenis tumpahan :
  • Tumpahan produk minyak bumi
  • Tumpahan bahan kimia

Absorbent
  1. Absorbent Boom : Seperti guling berisi bahan aktif penyerap dengan diameter 1-3 inch panjang ± 3 meter dilengkapi book untuk menyambung antar Absorbent boom. Warna Putih : Untuk menyerap tumpahan oli, minyak dan minyak bakar. Warna Merah atau Kuning : Untuk menyerap ceceran cairan asam, air dan larutan kimia.
  2. Absorbent Sock : Berisi serbuk absorber yg dapat secara universal. Menyerap tumpahan minyak, cairan dan air. Biasanya berwarna abu-abu
  3. Absorbent Pan : Digunakan utk menampung tetesan minyak dan oli sehingga tidak mencemari dan mengotori lantai/tanah.
  4. Absorbent Pad : Warna Putih untuk menyerap ceceran oli, minyak dan minyak bakar. Warna Merah untuk menyerap ceceran air dan larutan kimia. Oil Absorbent Pad dapat menyerap minyak 2-3 liter

Pengiriman darah ke laborat dengan tabung vakum laboratorum ( tidak diperkenankan memakai spuit )
  • Tabung Tutup Ungu atau Lavender : Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap, darah rutin dan bank darah ( crossmatch )
  • Tabung Tutup Kuning : Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST ) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,  imunologi dan serologi untuk pemeriksaan darah kimia
  • Tabung Tutup Biru : Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (misal PPT, APTT, INR)


SASARAN VI :
PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH

Agar risiko pasien jatuh dan  cedera akibat terjatuh ini dapat   ditangani dengan baik, rumah sakit harus membuat kebijakan, prosedur, serta program yang berdasarkan pada kebijakan dan prosedur tersebut.

Pencegahan Pasien Jatuh / Fall :
  • Prevention : Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh
  • Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera
  • Lakukan asesmen resiko jatuh pada setiap pasien dengan menggunakan skala : 
➀ Skala Humpty Dumpty ( Pasien anak).
➁ Skala Risiko Jatuh Morse / MSF (Pasien dewasa).
➂ Skala Geriatric (Pasien Geriatric)

Skala Risiko Jatuh Morse :

Riwayat Jatuh
  • Kurang dari 3 Bulan         25
  • Tidak ada atau > 3 bulan   0
Kondisi Kesehatan
  • > 1 diagnosa penyakit       15
  • < 1 diagnosa penyakit        0
Bantuan Ambasi
  • Perabot                                  30
  • Tongkat/Penopang             15
  • Tidak ada/Tirah Baring       0
Terapi IV/Anti Koagulan          
  •  Terapi IV terus menerus     20
  •  Tidak                                      0
 Gaya Berjalan
  •  Kerusakan/Terganggu        20
  •  Lemah                                   10
  •  Normal/Tirang Baring         0
Status Mental
  •   Lupa Keterbatasan             15
  •   Sadar kemampuan diri       0

Skala Risiko Jatuh Morse :
  • Resiko Rendah 0 - 24
  • Resiko Sedang 25 - 45
  • Resiko Tinggi > 45
Stiker Gelang Kuning untuk pasien resiko sedang dan tinggi

Cara mengatasi pasien resiko jatuh :
  • RESIKO RINGAN
     - Orientasi tempat
     - Kunci Roda Tpt Tidur
     - Pasang pengaman tpt tidur
     - Bell Pasien
  • RESIKO SEDANG
     - Resiko Ringan + Restrain
  • RESIKO BERAT
     - Resiko Ringan + Sedang + Observasi/1 jam

Evaluasi Pasien Resiko Jatuh harus meliputi :
  1. Riwayat jatuh
  2. Konsumsi obat dan alcohol
  3. Skrining kemampuan gerak dan keseimbangan,
  4. Alat bantu gerak yang digunakan
  5. Asesmen ulang risiko jatuh jika ada perubahan kondisi pada pasien (misal : setelah operasi, setelah terjatuh, dll), atau setelah pemberian obat-obatan tertentu (obat penenang, diuretic,dll)

Keselamatan Pasien
  • Bebas dari cidera yg tdk seharunya atau cidera yg potensial terkait dengan pelayanan kesehatan.
  • Insiden Keselamatan Pasien
  • Setiap kejadian yg tdk disengaja dan tdk diharapkan yg dpt mengakibatkan / berpotensi terjadi cedera pd pasien.

KTD : Kejadian Tdk Diharapkan
KNC : Kejadian Nyaris Cidera
KPC : Kejadian Potensial Cidera
Kejadian Sentinel : Kejadian berat, mengakibatkan kecacatan sampai kematian.

KTD (Kejadian Tdk Diharapkan), contoh :
  • Pasien Jatuh
  • Penandaan lokasi operasi yg salah dan sdh dilakukan operasi
  • Obat diberikan IV, seharusnya IM
  • Obat utk pasien A, tetapi diberikan pasien B dan sdh dimakan oleh pasien B.

KNC (Kejadian Nyaris Cidera), contoh :
  • Salah memberikan labe obat, namun obat belum diberikan kepada pasien.
  • Penandaan lokasi operasi yg salah namun diketahui sebelun tindakan operasi dilakukan

KPC (Kejadian Potensial Cidera), contoh :
  • Obat-obat emergency tdk ada diruang emergency
  • Obat-obat  yg mirip bentuk, rupa, warna ditempat yg sama yg memungkinkan kesalahan mengambil obat

Jika ada kejadian tidak diharapkan :
  • Menjelaskan apa yg sedang terjadi dan apa yang akan dilakukan
  • Pimpinan/kepala unit melaporkan KTD kepada unit terkait utk menghindari kejadian serupa / perbaikan

Laporan KTD :
  • Bersifat rahasia
  • Laporan hanya satu, TIDAK BOLEH dicopy, difoto dan dishare ke media hp dll.
  • Yg mengetahui yg membuat laporan


APAR
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ialah alat yang ringan serta mudah dilayani untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula terjadi kebakaran
(Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).
Prosedur Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Tabung Pemadam Kebakaran dengan tekhnik CARRA :
C   : Cabut / tarik / lepas pin ( Safety Pin / Pengunci Tuas APAR / Tabung Pemadam.
A   : Arahkan Nozzle selang ke titik pusat api.
R   : Remas / tekan tuas untuk  mengeluarkan isi APAR / Tabung Pemadam.
RA : Ratakan/sapukan berlawanan dengan arah angin
Hal yang perlu diketahui dalam penggunaan APAR :
Pastikan diri anda tidak melawan arah angin / perhatikan arah angin (usahakan badan/muka menghadap searah dengan arah angin) supaya media pemadam benar-benar efektif menuju ke pusat api dan jilatan api tidak mengenai tubuh petugas pemadam.
Posisikan diri anda berada  diantara 1,5-3 meter dari api
 Perhatikan sumber kebakaran  dan gunakan jenis APAR yang  sesuai dengan klasifikasi mkm jk nn bbbbbnn jb j sumber kebakaran.

Petugas Code Red / Kode Merah ( terjadi kebakaran ) :
Helm Merah :                 Koordinator Pemadam Api
Helm Biru :                      Koordinator Penyelamatan Pasien
Helm Kuning :                       Koordinator Alat Medis
Helm Putih :                         Koordinator Evakuasi Dokumen

Kebijakan kegawat daruratan terkait keselamatan dan keamanan pasien serta staf dilingkungan rumah sakit dari KARS (Komite Akreditasi RS) sebagai berikut :
Code Blue (Biru) : Mengumumkan adanya pasien yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk secepat mungkin menuju ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan pasien henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula  (pada lantai yang berbeda atau  bangsal yang berbeda), diperlukan pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat.
Code Black (Hitam) : Mengumumkan adanya ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit.
Code Red (Merah) : Mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana (Tanda Aktivasi Kebakaran) rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya. Pembagian tugas yang tercantum di dalam code red meliputi HELM MERAH ( Koordinator Pemadam Kebakaran ) : Berusaha memadamkan api dengan mencari APAR dan meminimalisir resiko dari kebakaran dengan cara memadamkan semua aliran listrik yang ada di dalam Instalasi. HELM PUTIH ( Koordinator Penyelamatan Dokumen ) : Melakukan evakuasi terhadap  rekam medis dan berkas-berkas penting lainnya. HELM KUNING ( Koordinator Penyelamatan Alat Medis ) : Mengamankan alat-alat berharga yang ada di instalasi RS. HELM BIRU ( Koordinator Keselamatan Pasien ) : Berusaha mengevakuasi pegawai yang sedang sakit atau yang tidak memungkinkan untuk membantu proses evakuasi, mengevakuasi pasien-pasien yang berada disekitar instalasi, berusaha menunjukan jalan ke tempat aman berkumpul.
Code Purple (Ungu) : Mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung dan pegawai RS pada titik-titik yang telah ditentukan. Ada pula yang menggunakan kode ini sebagai pengumuman adanya bencana alam (gempa, banjir, dll) atau situasi kritis seperti penyanderaan. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan  tugasnya.
Code Pink (Merah muda) : Mengumumkan adanya penculikan bayi / anak atau kehilangan bayi / anak. Secara universal, pengumuman ini seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara serentak. Bahkan menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat untuk  kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.
Code Grey (Abu-abu) : Mengumumkan adanya gangguan keamanan dalam bentuk apapun. Dapat berupa perkelahian, orang dengan senjata, hingga situasi penyanderaan. Pengumuman ini sekaligus mengaktifkan tim tanggap daruratuntuk situasi gangguan keamanan.
Code Green (Hijau) : Mengumumkan adanya gempa bumi atau guncangan pada fisik bangunan yang berisiko terhadap keselamatan pasien, pengunjung dan staf rumah sakit.
Code Brown (Cokelat) : Mengumumkan adanya situasi krisis internal rumah sakit seperti tumpahan berbahaya (infeksius, radiasi, dll) di lingkungan rumah sakit, kehilangan aliran listrik, adanya pengunjung terjebak di liftdan sebagainya.
Code Orange (Oranye) :  Mengumumkan adanya insiden yang mengancam pencederaan  (bahkan kematian) masal akibat  bahan kimia, zat biologis, radio   nuklear dan sebagainya.

Panduan Tanggap Darurat Bagi Karyawan dan Pasien RS :
Code Blue (Biru) - Henti Jantung
Code Black (Hitam) - Bom
Code Red (Merah) - Kebakaran
Code Purple (Ungu) - Evakuasi
Code Pink (Merah muda) - Penculikan
Code Grey (Abu-abu) - Gangguan Keamanan
Code Green (Hijau) - Gempa
Code Orange (Oranye) - Zat Kimia
Code Brown (Cokelat) - Krisis Internal RS

Basic Life Suport ( BLS )
Jika ada pasien tiba-tiba tidak sadar atau pingsan :
Amankan pasien "korban" kelokasi yang aman
Cek kesadaran-respon, misal tepuk dengan keras pada bahu sambil panggil Pak..!!, Pak..!!, jika tidak ada respon :
Cek Nadi Carotis (±10 detik) sambil melihat dada pasien ada gerakan nafas atau tidak, jika tidak ada nafas atau nadi :
Minta tolong "teriak" atau minta bantuan ☎ Tim Code Blue, sebutkan : ➀ bantuan AED, ➁ lokasi pasien, ➂ jumlah korban, ➃ pasien dewasa atau anak
Compresi dada (RJP) : ➀ Titik compresi setengah bawah tengah tulang dada (sternum). ➁ Kedalaman compresi ± 5-6 cm. ➂ Titik tangan utk compresi pada tumit tangan kanan/kiri. ➃ Posisi tangan pd saat RJP salah satu tangan menumpang pada punggung tangan yg lain dengan jari mengkait diantara sela jari tangan dibawahnya dan tangan harus recoil (melepaskan tangan secara penuh saat compresi tetapi tangan tetap menempel pada dada di titik compresi). ➄ Compresi 100-120/menit (± 2 menit) atau 5 siklus RJP (1 siklus : 30 compresi  2 nafas bantuan) kemudian kaji ulang nadi pasien. Jika belum ada nadi : ulangi compresi sampai ada tanda kehidupan (bantuan Tim Code Blue/AED datang). Jika ada nadi/nafas : posisikan pasien dengan memiringkan kekiri (sisi kanan diatas)
Catatan : Jika mendapati pasien / laporan pasien henti nafas / jantung : ➀ Pasien sudah mati batang otak (tanda kematian bercak biru / kebiruan pada kulit / badan pasien). ➁ Pasien riwayat sakit terminal. Maka : Tidak perlu dilakukan compresi (RJP) tetapi lakukan pendekatan keluarga / komunikasi.